Thursday 19 September 2013

Pengalaman Kegalauan Berangkat ke Kampung Inggris Pare


Hello sobat.., jumpa lagi nih dengan artikel tentang kampung Inggris. Setelah sebelumnya saya sudah berbagi mengenai informasi kampung Inggris, pada artikel ini saya akan bercerita mengenai pengalaman mengenai rencana untuk mengikuti kursus di kampung Inggris yang banyak tertunda. Hahaha.. (Sorry yaa.. artikel yang ini hanya untuk curhat saja.., tidak ada maksud tertentu.. siapa tau bisa jadi semangat motivasi dan inspirasi bagi pembaca untuk berangkat ke sana lebih awal). Langsung saja yaah...

Saya mengetahui adanya kampung Inggris di Pare saat masih kuliah di UM, tepatnya di semester 2 tahun 2009. Pada saat itu saya diajak teman saya untuk kursus di Pare untuk mengisi liburan, Akan tetapi, tidak jadi berangkat karena takut tidak bisa mengikuti dengan baik. Sebab, konon katanya, kursus di Kampung Inggris harus berkomunikasi dengan memakai bahasa inggris sepanjang waktu (hahaha..., cemen sekali ane waktu itu, belum berangkat dah kabur duluan, padahal situasi di sana tidak seperti itu...). Faktor pendukung lain yang membuat gagal berangkat adalah teman-teman yang gak ada kabar jadi berangkat atau tidak.


Seiring berlalunya waktu, ternyata saya tidak bisa berangkat lagi, sebab pada liburan setelah semester 4 dan 6 terdapat kegiatan lain, yaitu Praktek Industri (PI) dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Hahaha.., nah loh gatot lagi kan!!!, makanya kalau punya niat jangan suka diundur. Setelah semester 8, alhamdulillah lulus kuliah, tapi ada warning dari ortu untuk lanjut kuliah. Untuk kesekian kalinya, gagal lagi (ahahaha..., kayaknya memang gag niat berangkat tuh!!).

Tapi keputusan untuk tetap stay tidak sia-sia, karena saya jadi lanjut studi ke S2 tahun 2012. Jreng-jreng.., hampir semua dosen pengampu matakuliah di S2 menggunakan buku asing, jurnal asing (English version). Ternyata, yang namanya S2 tuh jarang menggunakan buku produk lokal (hahaha.. makan tuh buku asing) Ampuun dah.. Bukunya tebal-tebal sekali mencapai 500 halaman lebih. Belum baca saja sudah malas. Tapi seluruh tugas menuntuk untuk merujuk ke buku asing. Mau gag mau yang tetep harus buka tuh buku. Menyantap buku asing, mengetik, edit pake google translate, plus always buka kamus di laptop jadi rutinitas sehari-hari.

Alhamdulillah, semester pertama kuliah di S2 terlewati dengan baik. Keuntungannya, sudah mulai cukup banyak vocabulary atau kosa kata yang berkaitan dengan ilmu studi ku. Akan tetapi, di semester 2 jauh lebih menggila lagi tugasnya (kuliah + PPL + merancang proposal Tesis), seminggu nonstop tiap malam selalu berteman dengan laptop. Ditambah lagi, tugas jaringan yang tiap minggunya harus me-resume buku asing per bab (kurang lebih 40-50 halaman perminggu). Google translate masih membantu, tapi tidak banyak, sebab untuk kosakata yang menjurus ke disiplin ilmu tertentu, terjemahannya ancur sekali. Bayangin aja, "bridge" diterjemahkan jembatan, "Switch" diterjemahkan saklar. Padahal kedua vocab tersebut adalah istilah alat jaringan. Ampun dah, harus edit satu persatu untuk bisa paham. Hebatnya, itu masih satu matakuliah, belum matakuliah lainnya.

Alhamdulillah lagi, seluruh pengalaman semester 2 itu membuat perbendaharaan kata bahasa inggris menjadi semakin banyak. Sehingga sudah jarang menggunakan kamus. Di penghujung semester 2, ada presentasi mengenai salah satu kampus ternama dari Taiwan. Presentasi itu dilakukan langsung oleh dosen universitas tersebut. Acara itu dihadiri oleh dosen kampus dan beberapa mahasiswa. Saya dan teman-teman menyempatkan untuk ikut. Karena sifatnya internasional, bahasa yang dipakai tentunya bahasa Inggris dong. Selama berada di dalam ruangan yang saya bisa cuma mendengarkan pemateri sambil terbengong-bengong. Bengong bukan karena informasi mengenai kampus mereka, melainkan bengong karena tidak mengerti apa yang mereka katakan. untuk listening saja sudah susah apalagi untuk bertanya menggunakan bahasa Inggris (speaking). Nah loh??? Jadi merasa oon untuk kedua kalinya. Ternyata walaupun sudah punya vocab tetap susah untuk memulai speaking dan memahami dialog bahasa inggris (listening).

Pada semester 2 pula, saya dan teman-teman saya merencanakan untuk pergi ke kampung inggris pada waktu liburan panjang semester 2 (2013). Hal ini dikarenakan kemampuan berbahasa inggris yang dirasa masih kurang jauh. Saat itu saya sudah membulatkan tekat untuk pergi. Ternyata, kejadian 4 tahun yang lalu terulang lagi. Banyak teman yang memutuskan tidak jadi berangkat (hehehe, kejadian lagi nih). Galau lagi deh.. Berangkat apa nggak ya?? Sudah kepingin sekali, rasa takut sudah hilang, tapi gag ada teman. But, no problem.. Keputusan saya sudah bulat untuk berangkat. Saya tidak mau menunda lagi (sudah 4 tahun gitu loh, kenapa harus ditunda lagi??). Saya harus berangkat!!!

Nggak terasa liburan sudah datang. Liburan yang cukup panjang sekitar 3 bulan. Kebiasaan kejar tayang dengan laptop setiap hari membuat hari libur terasa begitu membosankan, tidak ada aktivitas yang menarik. Saya memastikan sekali lagi kepada teman-teman yang masih mau pergi ke Pare (cari teman nih). Akhirnya, ada satu teman yang juga ingin berangkat ke kampung Inggris untuk mengisi liburan. Senang sekali rasanya karena punya teman berangkat. Langkah awal, cari dulu informasi berbagai lembaga kursus melalui internet. Pembayarannya bisa transfer atau datang langsung. Tapi, dari berbagai informasi yang ada itu masih belum cukup puas. Jadi, kami memutuskan untuk pergi ke kampung inggris. Awal liburan, hari jumat, kami merencanakan untuk survey lokasi. Jadilah, mbolang (tour) ke kampung inggris seharian.

Ok, berhubung sudah terlalu banyak paragraf, cukup segini dulu yach.. Nanti saya lanjut lagi di postingan selanjutnya. Semoga bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi pembaca sekalian. Intinya adalah, "jangan tunda suatu keputusan yang sudah dibuat apabila sudah ada niat, waktu luang, apalagi biaya". Kalau anda menundanya, belum tentu anda bisa berangkat di lain waktu, karena pasti ada kesibukan lainnya. Selain itu, menunda juga akan merugikan pada perjalanan hidup anda selanjutnya, seharusnya sudah bisa jalan, tapi masih tetap saja stay di tempat tidak ada perubahan dan tertinggal dengan yang lainnya. Belum lagi, biaya kursus dan biaya hidup yang naik. Toh kalau dilakukan juga pasti bisa terlewati. Semoga bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi pembaca sekalian. Apabila ingin sharing silahkan tulis di bagian komentar dengan bahasa yang baik dan benar, OK!!.

See you in the next posting...

Artikel Terkait

6 comments:

  1. gak sengaja nemu postingan ini, walaupun sengaja mencari di google dg keyword "cari teman ke kampung inggris" hem, hampir sama dengan ku kak. tp aku skrg masih mahasiswa smst 3 (S1) boleh tau kak cerita pas disana gimana? soalnya minder banget kalo kesana sendiri dengan kondiri englis ku yang very low hehe makasih

    ReplyDelete
  2. Hehe, trims ya.. udah sempat mampir di blog ini. Untuk ceritanya lain waktu aq posting. Yang jelas, di sana tuh amazing.. Hampir tidak terasa seperti belajar, soalnya tiap harinya di bikin senang-senang terus. Gag perlu minder, di sana emang belajar english nya dari awal dan tiap hari dikondisikan pake english. Lama-lama juga terbiasa ndiri koq..
    Terus cari level kursusnya disesuaikan dengan kemampuan yach, biar gag "nyesel"..

    ReplyDelete
  3. ah jadi kangen mantan kalo inget kampung inggris muehehe

    ReplyDelete
  4. Wah,thx atas sharingnya

    Jadi ngingetin aktifitas dulu waktu masih di Kampung Inggris Pare yang kadang lucu, bosen, sedih n mengasyikkan. Pada akhirnya lebih banyak asyiknya sih.

    Salam kenal dan semoga sukses selalu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal... Iya, lebih banyak asyiknya..
      Trims udah mampir..

      Delete